Nunukan – Musibah kebakaran yang melanda sebuah rumah di Jalan Sanusi, Blok 3 RT 06, Kelurahan Nunukan Barat, Senin (8/9/2025) pagi, menyisakan duka mendalam bagi keluarga Rusli, salah satu korban yang rumahnya ludes terbakar.
Rumah berukuran 25×5 meter yang sudah berdiri sejak tahun 1986 itu kini hanya menyisakan puing. Bangunan kayu yang dihuni lima orang ini hangus tanpa ada satupun barang yang berhasil diselamatkan, karena saat kejadian, rumah dalam keadaan kosong.
Soraya, anak dari Rusli, menceritakan detik-detik saat mengetahui rumahnya terbakar. Ia mengaku saat itu baru saja tiba di sekolah swasta tempat ia mengajar.
“Saya tidak tahu jelas awal kebakarannya, karena posisi saya sudah di luar rumah. Saya ditelepon kalau rumah terbakar. Waktu saya sampai, apinya sudah besar, dan Bapak saya juga belum ada di rumah,” ujar Soraya lirih.
Sementara itu, Rusli, kepala keluarga dan pemilik rumah, juga mengungkapkan bahwa saat kejadian, ia sedang berziarah ke makam istrinya yang meninggal Maret lalu.
“Saya baru pulang dari ziarah, begitu sampai rumah, apinya sudah tinggi. Rumah dalam keadaan kosong. Saya sempat buka pintu dan mau masuk, tapi polisi langsung tahan saya. Kata mereka, apinya sudah besar dan sangat berbahaya,” kata Rusli.
Kebakaran ini pertama kali diketahui oleh tetangga sekitar pukul 07.00 WITA. Api disebut berasal dari lantai dua rumah, yang membuat api cepat menyebar.
“Saya lihat dari atas rumah sudah habis terbakar. Tidak ada yang bisa diselamatkan, semuanya habis. Api cepat sekali menyebar karena rumah dari kayu,” tambah Soraya.
Meski sempat beredar isu bahwa kebakaran berasal dari kompor, Soraya membantah hal tersebut. Ia menjelaskan bahwa sejak ibunya meninggal, mereka sudah membagi tugas memasak dengan kakaknya.
“Sejak Mama meninggal, kami bagi-bagi tugas. Kadang kakak yang masak pagi, atau saya belikan makanan kalau tidak sempat. Malam baru saya masak lagi untuk Bapak. Jadi tidak mungkin ada kompor menyala waktu itu,” jelas Soraya.
Dari kebakaran ini, kerugian materi yang dialami keluarga Rusli cukup besar. Selain rumah utama, turut terbakar juga warung sembako milik Rusli dan usaha burger milik Soraya yang berada di samping rumah.
“Ada 7 unit TV, 4 kulkas, sembako habis, termasuk alat-alat usaha saya. Kami betul-betul tidak sempat selamatkan apa-apa, hanya pakaian di badan,” tutur Soraya dengan suara bergetar.
Ia berharap bantuan dari pemerintah maupun donatur bisa segera datang dan proses pengurusan dokumen penting seperti ijazah dan sertifikat rumah bisa dipermudah.
“Kami mohon bantuannya bisa dipercepat. Kami butuh dokumen untuk ke depan, karena semuanya ikut terbakar,” pintanya.
Sebelumnya musibah kebakaran yang menghanguskan 3 rumah dan 1 rumah terdampak pada Senin pagi, Plt. Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Nunukan, Wahyudi, menjelaskan bahwa pihaknya menerima laporan dari anggota Satpol PP yang pertama kali melihat api.
“Begitu dapat laporan, kita langsung turunkan pasukan dari Pos PMK Nunukan Selatan, Tanah Merah, dan Mako. Total ada sekitar 100 personel yang turun,” ujarnya.
Pemadaman berlangsung selama satu jam dan dilanjutkan pendinginan selama 30 menit. Berkat respons cepat itu, kebakaran berhasil dilokalisir dan tidak menyebar lebih luas.
“Ada 3 rumah yang terbakar dan 1 terdampak. Rumah terbuat dari kayu dan banyak berisi pakaian, jadi api cepat sekali menyebar. Untungnya saat itu satu rumah kosong dan bisa cepat ditangani sebelum merambat lebih jauh,” tutup Wahyudi.(*)